NOVAK Djokovic adalah korban permainan politik. Hal itu ditudingkan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, Kamis (6/1), saat ayah petenis nomor satu dunia itu mengklaim anaknya disalib bak Yesus Kristus.
Djokovic ditahan saat tiba di Bandara Tullamarine, Melbourne, Rabu (5/1), karena gagal menunjukkan bukti yang memadai bahwa dia telah menerima vaksinasi covid-19 penuh atau pengecualian medis untuk masuk ke Australia untuk mempertahankan gelar Australia Terbukanya.
Visa petenis berusia 34 tahun itu kemudian dibatalkan dan dia terancam dideportasi.
Baca juga: Petenis Putri Rep Ceko Ditempatkan di Rumah Detensi yang Sama dengan Djokovic
Vucic mengklaim Djokovic diperlukan berbeda dengan petenis lain yang bisa memasuki Australia.
“Hal ini tidak adil karena adanya permainan politik terhadap Djokovic oleh semua pihak, termasuk Perdana Menteri Australia yang berpura-pura aturan berlaku untuk semua,” seru Vucic kepada media massa Serbia.
Di ibu kota Serbia, Beograd, ayah Djokovic, Srdjan, memimpin aksi demonstrasi di depan gedung parlemen negara itu.
“Kami tidak meminta adanya kekerasan, kami hanya meminta dukungan untuk Novak,” seru Srdjan menggunakan pelantang saat para demonstran mengibarkan bendera Serbia dan spanduk bertuliskan, “Mereka takut menghadapi petenis terbaik. Hentikan rasisme korona.”
“Yesus disalib dan dia masih hidup di tengah-tengah kita, Novak juga disalib, karena dia adalah olahragawan dan petenis terbaik dunia,. Dia akan bertahan,” lanjut Srdan.
Sementara itu, pemerintah Serbia telah mengajukan protes verbal kepada Kedutaan Besar Australia d Beograd atas perlakuan tidak pantas kepada petenis mereka di Melborune.
“Djokovic bukanlah penjahat, teroris, atau imigran ilegal. Namun, dia diperlakukan seperti itu oleh pemerintah Australia. Hal itu menyinggung pendukungnya dan warga Serbia,” ungkap Kementerian Luar Negeri Serbia.
Vucic mengatakan Perdana Menteri Serbia Ana Brnabic akan bertemu dengan pejabat Australia. (AFP/OL-1)