UNIVERSITAS Pancasila (UP) meresmikan Rumah Ibadah Gereja Katolik Santo Petrus di lingkungan kampus UP, Srengseng Sawah Jakarta Selatan, pada Rabu (22/12).
Menyandang nama besar Pancasila yang juga merupakan ideologi negara, tentunya menjadi tanggung jawab tersendiri bagi UP untuk mengimplementasikan tiap butir dari lima sila yang ada.
Salah satu implementasinya yaitu tersedianya rumah ibadah yang mejadi simbol kerukunan dan toleransi beragama yang ada di Indonesia sejak dahulu kala.
Pembangunan rumah ibadah ini diinisiasi oleh Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina UP, Siswono Yudohusodo, dengan dibangunnya rumah ibadah yang letaknya yang saling berdekatan satu dengan yang lainnya.
Pembangunan rumah ibadah ini diharapkan dapat semakin menumbuhkan rasa kepedulian dan saling pengertian antara seluruh civitas akademika UP yang memiliki keyakinan yang beragam sehingga dapat menimbulkan rasa toleransi antarumat beragama.
Dalam sambutannya, Rektor UP Prof. Edie Toet menyampaikan mengenai UP menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang memiliki enam fasilitas rumah ibadah yang lengkap yang berada di lingkungan kampus, dari 4.000 perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Peresmian Gereja Katolik ini merupakan salah satu dari enam rumah ibadah yang ada di lingkungan kampus UP sesuai dengan agama yang ada dan diakui di Indonesia.
Peresmian hari ini merupakan rangkaian dari peresmian rumah ibadah lainnya yg telah selesai terlebih dahulu, yaitu: Masjid At-Taqwa UP, Kelenteng Kebajikan Agung Da De Miao UP, Vihara Dhamma Sasana UP, Gereja Grha Layanan Kristen UP, dan Pura Widya Santika UP.
Hadir dalam peresmian ini Kardinal Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo yang merupakan Uskup Agung Jakarta.
Dalam sambutannya, Ignatius mengatakan bahwa kompleks rumah ibadah ini diharapkan bisa menjadi pengingat bahwa nilai-nilai pancasila dekat.
“Dengan adanya enam rumah ibadah ini akan semakin membuat toleransi antar umat beragama menjadi lebih harmonis, Indonesia yang kaya akan keragaman suku, budaya dan agama menjadi refleksi kerukunan bukan hanya bagi masyarakat di Indonesia saja, tetapi masyarakat dunia,” paparnya.
Ignatius juga menyampaikan sambutan yang hangat dari masrayakat dunia terkait Pancasila ini yang menenamkan kerukunan antarumat beragama.
Sementara itu, Ditjen Bimas Katolik Kemenag Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono, menyampaikan bahwa Gereja Santo Petrus ini menunjukkan wajah Indonesia yang penuh keanekaragaman.
“Pendidikan tidak hanya melalui akademik tetapi juga pendidikan spiritual, penting untuk akademisi untuk berefleksi, mengambil waktu hening untuk mencari kembali makna berelasi dengan Tuhan,” kata Albertus.
Pemerintah dalam hal ini Kemenag memberikan apresiasi yang tinggi atas ide brilian membangun kompleks rumah ibadah di tengah ancaman radikalisme dan perlus terus digaungkan moderasi beragama. (RO/OL-09)