BAGI warga Palestina, perjalanan pergi pulang di jalur Rafah-Kairo diperumit oleh kondisi keamanan di Sinai. Pasalnya, para jihadis ISIS sering kali bentrok dengan pasukan Mesir.
Fatima, bukan nama sebenarnya, mengatakan dia berkeringat dingin saat tidur di pos pemeriksaan tahun lalu saat bepergian dengan sekelompok wanita dari Kairo ke Gaza. “Saya berbaring di atas kotak kardus dan saya membuat selimut dari jubah abaya saya”, katanya kepada AFP.
“Saya takut, kami berada di gurun, tidak ada air, tidak ada toilet. Kami bisa mendengar tembakan di kejauhan. Salah satu wanita yang bersama kami terus berteriak, ‘Aku akan mati, aku akan mati’,” katanya.
Malam berikutnya di pos pemeriksaan Baluza sekitar 200 kilometer dari Rafah, dia tidur di bus. Kemudian pada bus di al-Arish saat malam berikutnya.
Baca juga: Warga Gaza Frustrasi Jadi Ladang Bisnis Orang Mesir
Dia mengatakan akibat cuaca panas, anak-anak yang mencoba tidur di dalam kendaraan menangis sepanjang malam. Ketika dia harus buang air kecil, dia meminta wanita lain untuk berdiri di sekitarnya untuk menjaga privasi.
Memberatkan
Ahmed mengatakan bahwa kesulitan perjalanan yang semakin kompleks sangat memberatkan dan memalukan bagi warga Palestina. “Ini membunuh saya di dalam jiwa,” katanya. “Orang-orang Gaza diperlakukan dengan sangat buruk. Seolah-olah kita semua teroris, anggota Hamas, tetapi Hamas bukan Gaza.”
Rasa frustrasinya memuncak ketika, setelah akhirnya kembali ke Gaza, ia bertemu dengan orang lain yang telah melakukan perjalanan yang sama hanya dalam sehari. Bedanya, kata Ahmed, mereka membayar biaya VIP.
“Pada akhirnya, menghitung jumlah taksi, hotel buruk, ternyata saya hampir membayar jumlah yang sama dan saya membutuhkan waktu hampir lima hari,” keluhnya. Ia menuduh pejabat keamanan Mesir menciptakan kondisi yang bertujuan memaksa warga Palestina untuk menggunakan layanan VIP.
Perusahaan yang berbasis di Gaza mengenakan biaya US$1.000 untuk mempercepat perjalanan ke Kairo, termasuk pendaftaran, taksi pribadi, dan dokumentasi lain. Biaya kembali ke Gaza mencapai US$600. Ini membuat seluruh perjalanan lebih mahal daripada yang mampu dilakukan oleh kebanyakan warga Gaza.
Abnaa Sinai
Berbagai sumber di industri perbatasan dan kalangan pejabat menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang berbasis di Gaza ini berkoordinasi dengan perusahaan Mesir bernama Abnaa Sinai. Abnaa Sinai menolak berkomentar.
Seorang wanita yang meminta untuk diidentifikasi sebagai Hiba mengatakan bahwa ketika dia memutuskan untuk mengunjungi Gaza awal tahun ini untuk melihat keluarga setelah beberapa tahun di luar negeri. Dia menceritakan pengalamannya di pos pemeriksaan Mesir.
Baca juga: Saat Presiden Mesir Mursi, Warga Palestina Lebih Mudah Bepergian
“Para penjaga melihat kami dengan mata yang mengatakan, ‘Aku membencimu’,” kata Hiba kepada AFP. Dia telah memutuskan untuk membayar biaya VIP agar prosesnya lebih cepat. (AFP/OL-14)