• October 9, 2024 10:14 am

Warga Gaza Frustrasi Jadi Ladang Bisnis Orang Mesir

WARGA Gaza, Mustafa al-Sawaf, menulis kritik pedas secara online tentang tindakan penghinaan yang dialami warga Palestina ketika meninggalkan daerah kantong yang ramai itu menuju Mesir. Pasalnya, sejumlah perusahaan mendapat untung dari kegiatan itu.

Dalam waktu satu jam, teleponnya berdering. “Seseorang dari Hamas menelepon dan mengatakan kepada saya untuk menghapus semua (postingan),” kata Sawaf mengacu pada kelompok Islam yang mengelola daerah pantai yang diblokade Israel itu.

Penelepon itu mengatakan bisnis perbatasan termasuk, “Subjek yang sangat sensitif bagi orang Mesir dan bahwa artikel saya akan merugikan warga Palestina,” kata Sawaf, seorang analis politik. Dia dengan cepat menghapus posting media sosial.

Namun curhatannya telah mendapatkan lusinan komentar yang mendukung. Hal tersebut merupakan cerminan rasa frustrasi tentang jalur kehidupan utama Gaza ke dunia luar tersebut.

380 kilometer

Perjalanan darat sejauh 380 kilometer ke Kairo melewati gurun terik di semenanjung Sinai, tempat tentara Mesir memerangi kelompok ISIS serta mengoperasikan pos pemeriksaan dan jam malam. Jalur itu juga melintasi Terusan Suez.

Keluhan umum di Gaza yaitu perjalanan, yang sering dilakukan dengan bus yang pengap, sengaja dibuat lebih sulit dan tidak pasti. Karenanya, operator perjalanan mengambil untung dengan menawarkan layanan VIP tanpa kerumitan kepada mereka yang mampu membeli.

“Ini bencana bagi Palestina,” kata salah satu sumber industri yang berbicara tanpa menyebut nama. Ia memperkirakan bisnis itu bernilai hingga US$175.000 per hari. “Di pihak Mesir, mereka menerapkan semakin banyak tekanan untuk mempersulit kembali ke Gaza dan mencoba mendorong orang untuk membayar layanan VIP pada waktu lain.”

Blokade dan kontrol

Gaza, wilayah miskin berpenduduk sekitar dua juta orang, tempat Hamas berperang terakhir dengan Israel pada Mei, merupakan tempat yang sulit untuk masuk atau keluar. Israel, yang dulu menduduki Gaza, telah mempertahankan blokade darat dan laut yang ketat di daerah kantong itu sejak Hamas mengambil alih pada 2007.

Negara Yahudi berpendapat ini diperlukan untuk melindungi diri dari kelompok yang dicap sebagai organisasi teroris oleh sebagian besar Barat. Bandara Internasional Yasser Arafat dibom oleh Israel pada awal intifada Palestina kedua, pemberontakan dari 2000 hingga 2005, dan kambing sekarang merumput di landasan pacu yang sudah tidak berfungsi.

Israel juga tidak mengizinkan feri penumpang untuk berlabuh di pelabuhan Mediterania Gaza. Ini hanya menyisakan dua jalan keluar dari wilayah itu yakni penyeberangan darat yang dikontrol ketat melalui Israel dan Mesir.

Baca juga: Israel Formalkan Hubungan Pertahanan dengan Maroko

Penyeberangan Erez ke Israel dibatasi untuk orang Palestina dengan izin bekerja atau berdagang, beberapa kasus medis serius, dan beberapa orang dengan izin transit selanjutnya ke Yordania. Artinya, bagi sebagian besar warga Gaza, penyeberangan Rafah ke Mesir menawarkan jalur keluar terbaik. Tapi jalur itu terkenal karena, terlalu sering, bertarif mahal dan mimpi buruk birokratis. (AFP/OL-14)


Sumber: Media Indonesia | Warga Gaza Frustrasi Jadi Ladang Bisnis Orang Mesir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *