PANDEMI covid-19 sudah memasuki tempo dua tahun melanda di dunia, termasuk Indonesia. Varian virus yang baru yakni Corona B.1.1.529 atau omikron saat ini menjadi perhatian khusus. Pakar epidemiolog memprediksi lonjakan kasus varian omikron pada Februari dan pertengahan Maret 2022.
Medical Advisor PT Natura Nuswantara Nirmala (Nucleus Farma), dr Maria Agustiani Simamora, menyampaikan dalam situasi varian omikron menyerang dan belum ada obat yang efektif, antisipasi yang perlu dipersiapkan, salah satunya menjaga kondisi tubuh tetap prima dengan mengonsumsi suplemen kesehatan yang berbahan dasar alami. Menurutnya, kombinasi esktrak ekstrak Channa striata (ikan gabus), Curcuma xanthorrhiza (temulawak), dan Moringa oleifera (daun kelor) dalam Onoiwa MX sangat berguna dalam pengobatan covid-19, termasuk omikron. “Konsumsi Onoiwa MX sebagai terapi adjuvan terbukti mampu mempercepat pemulihan dan perbaikan kondisi pasien covid-19 di sejumlah rumah sakit,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (16/2).
Hal itu didukung hasil studi riset penelitian yang dilakukan oleh Guru Besar bidang Farmakologi Bahan Alam dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Prof. Dr. apt. Syamsudin, M.Biomed dan dokter spesialis paru menangani covid-19 dr. Lusi Nursilawati Syamsi, Sp.P. Hasil penelitian kedua pakar peneliti dan praktisi ahli di bidangnya itu lolos dalam dua jurnal publikasi internasional. Di European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 2021, Vol 8, issue 3, pages 2945-2957, dr. Lusi membuktikan percepatan pemulihan pasien covid-19 derajat sedang setelah diberikan adjuvan terapi Onoiwa MX.
Pada Teikyo Medicinal Journal Vol 44, issue 4, issn 03875547, Prof. Syamsudin menyimpulkan bahwa pengaruh terapi adjuvant dengan kombinasi poliherbal tersebut dapat meningkatkan skor mMRC pasien pneumonia pada pasien covid-19 dengan derajat sedang. Lusi menambahkan terapi ajuvan dengan formula poliherbal (Onoiwa Mx) menyebabkan peningkatan skor mMRC pasien dengan pneumonia derajat sedang hingga terlihat dari penurunan skor mMRC.
Oleh karena itu, “Tidak perlu panik dengan varian omikron secara umum memiliki struktur yang sama dengan varian covid-19 sebelumnya. Prinsip kerja poliherbal yang diproduksi Nucleus Farma dengan nomor paten P00201908169 ini dapat mencegah perburukan pasien covid-19,” tegas Lusi.
Lebih rinci, Lusi menjelaskan ikan gabus bermanfaat menurunkan proses inflamasi yaitu insulin like growth factor 1 (IGF-1) dan stress oksidatif. Albumin menstabilkan dan meningkatkan transportasi curcumin pada target virus intraseluler, meningkatkan efektivitas kombinasi kelor dan obat obatan memblokir virus SARS CoV-2 untuk fusi dan atau masuk ke sel. Ini strategi efektif pengobatan infeksi virus. Albumin sebagai antiinflamasi melindungi kerusakan mikrosirkulasi jaringan dan antioksidan sebagai scavenger radikal bebas.
Temulawak, lanjut Lusi, memiliki kandungan curcumin yang menghambat fusi pada reseptor ACE2 dan mencegah replikasi virus pada reseptor enzim protease. Curcumin punya manfaat dan khasiat lain yaitu meredakan nyeri sendi dan tulang yang sering terjadi pada infeksi virus, menurunkan lemak darah, antioksidan, hepatoprotektor, terutama beban obat obatan, membantu menurunkan kadar SGOT dan SGPT, merangsang selera makan, dan merangsang metabolisme sistem hormon dan fisiologi tubuh. Curcumin juga berfungsi sebagai antimikroba melalui penghambatan sintesis protein dan sintesis asam nukleat dinding sel bakteri.
Fungsi daun kelor terletak pada molecular docking kelor yang memiliki empat komponen zat aktif kaempferol, pterygospermin, morphine, dan quercetin yang dapat menghambat energi pada target covid-19 di reseptor main protease dan RNA-dependent RNA polymerase. Quercetin dapat sebagai antiinflamasi pada infeksi covid-19 dengan menghambat signaling pathways NF-κB dan menghambat produksi NO pada lapisan epitel hidung. FDA mengumumkan bahwa lima senyawa aktif herbal yang bekerja pada reseptor main protease berpotensi untuk infeksi Sars CoV2 yaitu apigenin-7-O-rutinoside, mudanpioside, isoquercetin, isoquercitrin, quercetin, dan dihydroquercetin.
Lusi menjelaskan bahwa saat ini belum ada pengobatan untuk covid-19. Terapi yang digunakan termasuk antivirus dan antibiotik hanya meredakan gejalanya. Prof Syamsudin menambahkan kombinasi tersebut dapat menghambat fusi dan masuknya virus ke dalam sel, sementara obat lain menginternalisasi target beberapa komponen virus dan memberi sinyal pada sel untuk menghentikan penyebaran virus.
Baca juga: Rata-Rata Pasien Covid-19 yang Meninggal Terkonfirmasi Positif Omikron
Pencarian terbaru untuk pengobatan infeksi SARS-Cov2 di PubMed mengungkapkan bahwa penggunaan obat-obatan tradisional dalam mengobati covid-19 menunjukkan potensi tinggi curcumin dalam temulawak dalam menetralkan aktivitas virus serta daun kelor yang berkhasiat juga terhadap covid-19. (OL-14)