• March 23, 2025 5:20 am

Zelensky: Rusia tidak Punya Hak Menjadi Anggota DK PBB

Sudah Jadi Babi Buta, Rusia Targetkan Permukiman dan Fasilitas Warga Sipil Ukraina 

PADA Selasa (28/6), serangan Rusia terhadap mal yang dipadati ribuan pengunjung di kota Kremenchuk, Ukraina tengah, menewaskan 20 warga sipil. Kontan para pemimpin negara-negara G-7 menyebut serangan tersebut keji dan menambah bukti kejahatan perang Rusia. Mereka mengatakan, serangan terhadap warga sipil tak berdosa ialah kejahatan perang dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan dimintai pertanggungjawaban.

Pemerintah Rusia berdalih bahwa rudalnya tidak sengaja menghancurkan pusat perbelanjaan sebagai fasilitas sipil. Mereka mengeklaim yang mereka serang ialah depot senjata di dekatnya. Klaim yang ditolak pemerintah Ukraina sebagai kebohongan. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky segera mengutuk tindakan pengecut yang menargetkan warga sipil tersebut. Kepada Dewan Keamanan PBB, Zelensky mengatakan Rusia bertindak seperti negara teroris dengan melakukan pembunuhan besar-besaran di seluruh Ukraina. Berbicara melalui video, Presiden Zelensky membacakan nama-nama warga Ukraina, korban dari serangan Rusia baru-baru ini. Sebagaimana dikutip organisasi media publik nonprofit, NPR, Zelenskyy mengatakan dengan menyerang sekolah, pusat perbelanjaan, dan banyak sasaran sipil lain, Rusia tidak lagi memiliki hak untuk tetap berada di badan PBB tersebut.  

Tindakan biadab Rusia itu tidak hanya dilakukannya di Kota Kremenchuk. Di kota Lysychansk, Rusia juga membombardir penduduk yang tengah mengambil persediaan air minum dengan roket. “Delapan warga Lysychansk meninggal, 21 orang dibawa ke rumah sakit,” kata Gubernur Luhansk, Sergiy Haidai, di Telegram, sebagaimana ditulis Reuters dan EuroNews. Disebut-sebut Rusia menggunakan roket tipe Uragan yang mengandung amunisi tandan dalam serangan tersebut. Sejak pekan sebelumnya, kondisi perang membuat pemerintah meminta warganya meninggalkan kota tersebut. 

Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan Rusia, selama akhir pekan lalu melakukan sekitar 60 serangan. Beberapa di antaranya serangan terhadap permukiman penduduk dan fasilitas sipil. Bukti-bukti tersebut menambah panjang daftar serangan Rusia terhadap warga dan fasilitas sipil Ukraina. Sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Rusia melakukan pengeboman udara kepada gedung teater di kota pelabuhan Mariupol, Maret lalu, yang menjadi tempat berlindung 600 warga sipil. 

Juru bicara pemerintah daerah Odesa, Serhiy Bratchuk, mengatakan Rusia juga berkali-kali menyerang dan menghancurkan permukiman warga di Odesa. Serangan yang menghancurkan dan menyebabkan kebakaran itu menyebabkan enam orang terluka, termasuk seorang anak kecil. Warga Kota Kharkiv juga berkali-kali mendapatkan serangan roket Rusia. Selain menghancurkan rumah-rumah warga, menurut gubernur wilayah itu, serangan menewaskan empat orang dan melukai 19 orang lain. 

Pada Minggu lalu, Rusia Kembali menyerang ibu kota Kyiv dengan rentetan roket. Serangan kepada permukiman itu menewaskan sedikitnya satu warga sipil dan melukai beberapa orang. Sebagai reaksi atas pengeboman selama akhir pekan itu Presiden Zelenskyy mengatakan selama pidato Minggu malam bahwa Ukraina membutuhkan sistem pertahanan udara modern untuk mencegah serangan rudal-rudal Rusia kepada warga sipil tersebut.

Pemerintah Ukraina mengatakan, serangan-serangan Rusia terhadap permukiman warga dan fasilitas sipil itu membuat tempat tinggal dari 3,5 juta orang telah hancur. Secara angka, jumlah Kementerian Pengembangan Masyarakat dan Wilayah Ukraina mencatat vahwa 116 ribu bangunan tempat tinggal telah hancur binasa. 

Rusia pun memainkan permainan hunger game tidak saja kepada Ukraina, tetapi terhadap masyarakat dunia. Selama ini, bersama Rusia, Ukraina ialah pemasok hampir 30% gandum dunia. Caranya, Rusia menutup ekspor bahan pangan Ukraina dengan memblokade pelabuhan laut Ukraina serta menghancurkan panen Ukraina. 

Di sektor pertanian, invasi Rusia menyebabkan kerusakan dengan total kerugian sebesar US$4,29 miliar. Kategori kerusakan terbesar yakni pada lahan pertanian, termasuk tanaman musim dingin yang tidak dipanen. Angkanya lebih dari US$2,135 miliar.

Reaksi dunia

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken segera mengutuk serangan rudal di pusat perbelanjaan Kremenchuk tersebut dengan mengatakan bahwa dunia ngeri dengan cara-cara Rusia melakukan serangan terhadap sasaran sipil. Serangan hari kepada ibu kota Ukraina Minggu lalu–serangan pertama dalam beberapa pekan ini–juga dikutuk Presiden AS Joe Biden sebagai perilaku barbar. Washington juga dilaporkan siap menyediakan sistem rudal permukaan ke udara canggih untuk Ukraina, serta dukungan artileri tambahan.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, Senin (27/6), mengatakan pemerintahan Presiden Biden sedang menyelesaikan paket senjata lain untuk Ukraina. Media Jepang, NHK, menulis bahwa paket itu akan mencakup sistem pertahanan udara jarak jauh yang secara khusus diminta Zelensky. 

Baca juga: AS dan Iran Mulai Bahas Kesepakatan Nuklir di Qatar

Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam pernyataan mengatakan, Rusia tidak akan serius dalam negosiasi sampai tentara Ukraina mengalahkan mereka dan mengusir pasukannya keluar wilayah Ukraina. Kementerian juga mengatakan, para sekutu Ukraina perlu memperkuat kekuatan Ukraina, sebelum pembicaraan apa pun di masa depan, dan memastikan bahwa Rusia kehilangan kapasitas untuk agresi lebih lanjut. “Hanya rakyat Ukraina dan hanya merekalah yang akan memutuskan masa depan Ukraina dan syarat-syarat perdamaian di tanah Ukraina kami,” kata pernyataan tersebut.

Saat ini, kata pernyataan tersebut, Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata berat dan sistem pertahanan rudal untuk membendung pemboman Rusia dan membebaskan semua wilayah yang mereka duduki. “Bantuan militer ke Ukraina merupakan kontribusi untuk memperkuat hukum internasional dan memastikan perdamaian dan keamanan jangka panjang di Eropa,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.

Karena Rusia terus melakukan kejahatan perangnya yang mengerikan, Ukraina mendesak agar paket sanksi ketujuh Uni Eropa segera diluncurkan untuk menghentikan mesin perang Rusia. “Kami menyarankan untuk berkonsentrasi pada tiga target utama yang diusulkan Grup Internasional Yermak-McFaul, yakni menargetkan sanksi pada sector energi, keuangan, dan perdagangan; mengurutkan sanksi pribadi berikutnya pada oligarki, pejabat senior pemerintah Rusia, dan eksekutif kunci perusahaan milik negara; serta menutup semua celah yang bisa digunakan oleh Rusia,” kata Kemenlu Ukraina. Mereka juga mendesak agar semua lembaga dan negara anggota Uni Eropa untuk mengikuti jejak AS dan Inggris, dan berupaya segera melakukan embargo minyak dan gas secara penuh terhadap Rusia. (OL-14)


Sumber: Media Indonesia | Zelensky: Rusia tidak Punya Hak Menjadi Anggota DK PBB

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *