JALAN-JALAN dikosongkan dan toko-toko tutup di seluruh Myanmar pada Selasa (1/2) ketika orang-orang menentang perintah junta untuk menjalankan bisnis mereka dengan melakukan aksi mogok pada peringatan pertama kudeta militer.
Junta yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi telah memicu aksi protes massa dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Junta telah memerintahkan toko-toko untuk tetap buka pada Selasa, menyusul seruan aktivis untuk melakukan aksi mogok pada peringatan tersebut. Namun jalan-jalan di pusat komersial Yangon mulai kosong pada pukul 10.00 waktu setempat, kata koresponden AFP, pemandangan yang berulang di kota kedua Mandalay dan wilayah Tanintharyi.
Pasar batu giok terkenal di Mandalay dibuka, tetapi lalu lintasnya sepi, kata seorang penduduk kepada AFP. “Tidak ada yang keluar di jalan-jalan di sekitar daerah saya dan pasukan keamanan berpatroli,” ucapnya. “Saya tinggal di rumah bermain game online untuk berpartisipasi dalam aksi mogok ini,” katanya.
Aksi mogok serupa pada Desember mengosongkan jalan-jalan kota dan kota-kota di seluruh negeri. Menjelang peringatan tersebut, junta mengancam akan menyita bisnis yang tutup dan memperingatkan bahwa demonstrasi yang gaduh atau menyebarkan propaganda antimiliter dapat mengarah pada tuduhan makar atau terorisme.
Baca juga: AS dan Sekutunya Beri Sanksi untuk Tiga Pejabat Myanmar
Dalam pernyataan yang diterbitkan pada Selasa, kepala junta Min Aung Hlaing mengulangi klaim militer bahwa mereka telah dipaksa untuk mengambil alih kekuasaan menyusul kecurangan pemilu oleh partai Aung San Suu Kyi pada pemilu 2020. Padahal, menurut pengamat internasional, pemilu tersebut sebagian besar dilakukan secara bebas dan adil. (AFP/OL-14)