Jakarta – Ratusan narapidana yang ditempatkan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara kabur setelah terjadi kerusuhan dimana dugaan sementara disebabkan karena persoalan air dan listrik. Dari ratusan narapidana yang kabur, 12 diantaranya adalah narapidana terorisme.
Menanggapi kaburnya 12 tahanan teroris, Peneliti senior dari Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi, M. Taufiqurrahman meminta kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM untuk memisahkan napi teroris dengan napi lainnya.
Menurut Taufiq, narapidana teroris yang ditempatkan di LP Tanjung Gusta adalah yang terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga Medan tahun 2010 atau mantan peserta pelatihan militer di pegunungan Jalin Jantho Aceh Besar tahun 2010.
“Kalau tidak salah mereka (teroris Aceh – red) ditempatkan di LP Tanjung Gusta,” tuturnya.
Melihat dari kaburnya napi tersebut, Taufik menilai mereka yang kabur masih memiliki pemahaman radikal.
“Teroris disana garis keras. Mereka memang ingin kabur, Nah, ketika kesempatan datang, mereka gunakan moment ini untuk kabur,” tutupnya.
Published in Suaraindonesia.co on 11 July 2013 | Sudarsono