• March 29, 2024 12:25 am

Hamas Bicara tentang Israel, Iran, dan Arab Saudi

HAMAS menjalankan pertempuran yang rumit dengan pendudukan Israel. Perlawanan Palestina tersebut dinilai mencetak kemenangan strategis dalam pencegahan terhadap pendudukan Israel selama pertempuran yang disebut Pedang Al-Quds.

Itu dikatakan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dalam wawancara dengan Aljazeera pada Minggu (2/1) malam sebagaimana dikutip dari hamas.ps, Senin (3/1). Setelah pertempuran Mei, Haniyeh melanjutkan, perlawanan Palestina di Gaza itu memberlakukan aturan baru untuk terlibat dalam isu-isu utama, termasuk Jerusalem, tahanan Palestina, perluasan pemukiman kolonial, dan pengungsi Palestina.

Ketika ditanya terkait antisipasi perang baru dalam waktu dekat, Haniyeh mengatakan, “Strategi Amerika sekarang didasarkan pada menenangkan semua front di kawasan itu, tetapi kami selalu mengharapkan yang terburuk dari pendudukan Israel.” Haniyeh menekankan bahwa Hamas tidak melakukan perang proksi karena perlawanan Palestina hanya memerangi pendudukan Israel di wilayah Palestina yang dijajah.

Berbicara tentang hubungan gerakannya dengan Iran, Haniyeh mengatakan bahwa Hamas mengadopsi strategi keterbukaan untuk semua pihak. Ia mencatat bahwa Republik Islam itu mendukung gerakan perlawanan di Palestina dan semua kelompok perlawanan yang memerangi pendudukan Israel.

Haniyeh mengutip beberapa alasan dukungan Iran untuk Hamas. Yang paling utama yaitu kedekatan hubungan agama warga Palestina dan Jerusalem dengan Iran dan fakta bahwa pendudukan Israel menjadi musuh bersama.

Pejabat tinggi Hamas membantah ketidaksepakatan dalam gerakannya. Ia menunjukkan bahwa Hamas memiliki konstanta dan strategi yang disepakati oleh semua pejabat di dalam dan luar negeri. Hamas sangat ingin tidak menyeret rakyat Palestina ke dalam konflik sektarian atau doktrinal.

Mengenai hubungan gerakannya dengan Arab Saudi, Haniyeh mengatakan, “Kami terkejut mengetahui bahwa anggota dan pejabat dari Hamas ditahan. Kami sedang berhubungan dengan saudara-saudara kami di kerajaan untuk memperbaiki hubungan yang tidak layak ini untuk Arab Saudi dan Hamas.”

Hamas sangat membutuhkan dukungan Arab, Islam, atau internasional dan menyambut setiap dukungan tanpa syarat di tingkat mana pun. Haniyeh melanjutkan bahwa Hamas tidak memiliki hubungan dengan negara mana pun dengan mengorbankan orang lain.

Menggambarkan hubungan gerakannya dengan Mesir sebagai stabil dan baik, Haniyeh menegaskan bahwa Hamas tertarik untuk mempertahankan hubungan dekat dengan Mesir. Ini dianggap sebagai landasan hubungan politiknya.

Haniyeh mengutuk keputusan Inggris yang melabeli Hamas sebagai organisasi teroris menjadi dosa baru dari yang pertama yaitu Deklarasi Balfour. Ia menyerukan pemerintah Inggris mundur dari langkah tersebut sebagai tanggapan atas tekanan pendudukan Israel dan perlindungan AS. 

Baca juga: Israel Perintahkan Setop Pembangunan Masjid di Jerusalem Timur

Memperhatikan bahwa Brigade Al-Qassam menahan empat tentara pendudukan Israel di Gaza, Kepala Hamas itu mengatakan bahwa gerakannya mampu memaksa pendudukan Israel untuk menyetujui kesepakatan pertukaran tahanan untuk membebaskan tahanan Palestina, termasuk enam orang yang membebaskan diri dari penjara Gilboa. (OL-14)


Sumber: Media Indonesia | Hamas Bicara tentang Israel, Iran, dan Arab Saudi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *