Jakarta, CNN Indonesia —
Kepolisian dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut keberhasilan Taliban merebut pemerintahan Afghanistan menciptakan euforia bagi kalangan Jamaah Islamiyah di Indonesia.
Kemenangan Taliban disebut menginspirasi serta memperkuat denyut penyebaran narasi perjuangan Islam di tanah air, baik lewat ceramah tatap muka, maupun pesan dan video di media sosial.
Hal itu tak lepas dari riwayat Jamaah Islamiyah di masa silam, ketika para anggotanya mendapat pelatihan militer dan ikut berperang di Afghanistan sebelum menciptakan teror di Indonesia.
Orang-orang Jamaah Islamiyah, Taliban, Mujahidin Afghanistan serta Al Qaeda saling bersinggungan selama dan seusai perang menghadapi Rusia.
Mujahidin Afghanistan menguasai tank Rusia pada 7 Februari 1989 (Photo by AFP)
|
Mujahidin Afghanistan
Merupakan kelompok penentang Uni Soviet atau Rusia di Afghanistan. Mereka juga merongrong pemerintahan Afghanistan yang dekat dan tunduk kepada pemerintah Rusia.
Geliat kelompok Mujahidin Afghanistan sudah dimulai sejak 1970-an. Mereka bertekad mendirikan pemerintahan berbasis syariat Islam di wilayah Khurasan.
Khurasan yang dimaksud adalah Afghanistan. Sebutan Khurasan dipakai untuk menunjukkan wilayah yang pertama kali didatangi pasukan muslimin di bawah pimpinan sahabat Nabi Muhammad yaitu Saad bin Abi Waqas.
Para mujahidin Afghanistan tak suka dengan pemerintahan Presiden Najibullah yang tunduk pada Uni Soviet. Oleh karena itu, mereka kerap berperang dengan tentara pemerintah Afghanistan dan Rusia.
Mereka berhasil menggulingkan Presiden Najibullah pada pertengahan 1992. Rusia sudah hengkang beberapa tahun sebelumnya.
Selama peperangan merebut pemerintahan, Mujahidin Afghanistan turut dibantu oleh orang-orang Indonesia serta Malaysia yang juga diberi pelatihan militer. Mereka adalah anggota Negara Islam Indonesia (NII) yang nantinya menjadi Jamaah Islamiyah.
Di kemudian hari, pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Mujahidin digulingkan oleh Taliban.
Mukhlas alias Ali Ghufron merupakan anggota NII dan juga Jamaah Islamiyah yang memiliki pengaruh besar di antara orang-orang Indonesia di Afghanistan. Dia adalah kakak dari Amrozi dan Ali Imron (Photo by ADEK BERRY / AFP)
|
Jamaah Islamiyah
Mempunyai hubungan baik dengan Mujahidin Afghanistan. Keduanya berjuang bersama menggulingkan pemerintahan Presiden Najibullah yang tunduk pada Rusia.
Mujahidin Afghanistan memberikan kesempatan orang-orang NII, yang selanjutnya melebur ke Jamaah Islamiyah, untuk mengenyam pelatihan militer.
Pimpinan Mujahidin Afghanistan kenal betul dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, sehingga anggota NII dan Jamaah Islamiyah boleh ikut pendidikan militer.
Kesempatan juga diberikan karena Jamaah Islamiyah juga bertekad mendirikan negara Islam di Indonesia. Mujahidin Afghanistan semakin tak sungkan memberikan pendidikan militer sebagai bekal para Jamaah Islamiyah meraih tujuannya di Indonesia.
Usai Mujahidin Afghanistan menduduki pucuk pemerintahan Afghanistan, kelompok Jamaah Islamiyah membuat kamp pelatihan militer baru. Dibolehkan pula oleh Mujahidin Afghanistan.
Mantan anggota Jamaah Islamiyah Ali Imron pernah menyebut setidaknya ada 400 orang Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan militer di Afghanistan lalu pulang ke tanah air.
Nama-nama tenar seperti Imam Samudra, Ali Gufron atau Mukhlas, Hambali, Ali Imron, Umar Patek, dan seterusnya termasuk anggota Jamaah Islamiyah yang mendapat bahkan menjadi instruktur pelatihan militer.
Berlanjut ke halaman selanjutnya…
Taliban dan Al Qaeda
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
Sumber: CNN Indonesia | Relasi Jamaah Islamiyah, Taliban dan Al Qaeda