• March 29, 2024 5:52 am

Politisasi Agama Bisa Picu Radikalisme dan Terorisme

DIREKTUR Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan politisasi agama atau menggunakan agama dalam ajang politik merupakan salah satu pemicu utama munculnya radikalisme dan terorisme.

“Radikalisme dan terorisme itu akar masalahnya adalah ideologi. Pemicu utamanya adalah politisasi agama, sehingga sangat relevan dengan kegiatan seperti ini, kita melakukan ikrar bersama, menandatangani pakta integritas supaya menghadapi Pemilu 2024 ke depan, tidak ada lagi yang namanya politisasi agama,” ujar Nurwakhid seperti dikutip Antara, Sabtu (4/6).

Menurut dia, apa pun argumen atau alasannya, agama adalah firman Tuhan, sehingga harus menjadi sumber inspirasi untuk kemanfaatan semua pihak.

“Jadi politisasi agama adalah pemicu utama radikalisme dan terorisme. Dan itu harus ditiadakan,” kata Nurwakhid saat menjadi narasumber dalam acara Diskusi Publik 2022 bertema ‘Melawan Kelompok Radikal dalam Dinamika Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2024’ yang diselenggarakan Yayasan Tri Bhakti Pratista di Advocafe, Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat (3/6).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara yang sangat majemuk yang tentunya juga memiliki potensi yang sangat besar untuk terjadinya konflik, sehingga masyarakat harus berhati-hati dan tak gampang terpolitisasi.


Baca juga: Survei IPO: Prabowo, Ganjar dan Anies Masih Mendominasi


“Negara kita punya potensial konflik yang paling besar di dunia. Di Arab, hanya beberapa etnis dan suku bangsa, pecah jadi berbagai negara. Bangsa Indonesia? Ada 1.300 lebih suku bangsa, tersebar di 17.000 lebih pulau-pulau, agamanya ada enam, alirannya juga begitu banyak dan ini bisa disatukan dalam NKRI. Bayangkan betapa besarnya potensial konfliknya, harus hati-hati dan dijaga,” ungkapnya.

Mantan Kapolres Gianyar ini pun mengungkapkan masyarakat harus bangkit melawan radikalisme dan politisasi agama, karena inilah salah satu penyebab-penyebab terjadinya konflik yang ada, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.

“Ayo glorifikasi dan bangkit melawan radikalisme, karena ini lah penyebab konflik-konflik yang ada, Setelah kami riset, pola terjadinya konflik di negara muslim itu diawali dengan masifnya radikalisme, kemudian bergabung dengan kelompok anti pemerintah, dan intervensi asing, seperti di Suriah dan negara-negara lainnya,” ungkap Kabagbanops Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri ini.

Nurwakhid pun menjelaskan di sini peran Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Yang mana Pancasila sebagai dasar negara yang dirumuskan para pendiri bangsa telah terbukti mampu dalam menyatukan bangsa Indonesia dan menghalau berbagai macam tantangan yang sebelumnya dapat memecah belah bangsa.

“Pancasila ini adalah dasar pemersatu bangsa. Untungnya kita memiliki Pancasila yang telah dirumuskan oleh para founding father bangsa kita. Dan itu sudah teruji mulai dari Orde Lama ada berbagai macam pemberontakan yang puncaknya G30S, lalu zaman Orde Baru, hingga saat ini bangsa ini masih bisa bersatu karena Pancasila itu,” ungkapnya. (Ant/S-2)


Sumber: Media Indonesia | Politisasi Agama Bisa Picu Radikalisme dan Terorisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *