TANGERANG SELATAN – Kawasan Tangerang Selatan (Tangsel) kerap dijadikan lokasi persembunyian atau tempat mengkonsolidir kekuatan dari kelompok teroris, karena dianggap cukup strategis dan kurang pedulinya masyarakat atas lingkungan sekitarnya.
Pengamat Intelijen, Wawan Purwanto mengatakan, wilayah yang strategis kerap dimanfaatkan oleh pelaku teror untuk bermukim dan mengatur strategi.
“Selain letaknya strategis karena dapat menghubungkan pada berbagai akses ke Ibu Kota Jakarta, para kelompok itu juga memanfaatkan masyarakat yang terlalu permissif,” kata Wawan dilansir Okezone, Sabtu (30/1/2016).
Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu juga menambahkan, atas dasar itu kelompok teror merasa nyaman untuk bermukim di wilayah Tangsel.
Untuk itu, dia menegaskan pentingnya pemerintahan daerah untuk mengkoordinasikan soal keamanan wilayah dengan aparat dan instansi terkait secara terpadu.
“Gerakan teror seperti itu tidak bisa diatasi secara parsial, harus terpadu dan melibatkan semua intrumen negara termasuk peran masyarakat,” sambungnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Okezone, sederetan kasus terkait tindakan terorisme terjadi di kota yang terbentuk sejak 26 November 2008 itu. Berikut adalah peristiwa penyergapan yang dilakukan oleh tim Densus Anti Teror Polri di wilayah Tangsel :
1. Pada 25 Juli 2009, kasus penangkapan M. Jibril di wilayah Pamulang yang diduga terkait kegiatan teror, dia merupakan anak dari Abu Jibril yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polri sebelumnya.
2. Pada 9 Oktober 2009, penyerbuan pada sebuah kos dekat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat, yang menewaskan dua pelaku teror.
3. Pada 9 Maret 2010, penggerebekan pada sebuah Warnet di ruko Multiplus, Jalan Siliwangi, Pamulang, yang menewaskan pelaku teror atas nama Dulmatin.
4. Pada 31 Desember 2013, penyerbuan Tim Densus 88 pada sebuah kontrakan yang menjadi persembunyian enam pelaku teror di Kampung Sawah, Ciputat.
5. Pada 28 Januari 2016, penggeledahan rumah terduga pelaku teror bernama Kuswanto yang berada di Kampung Maruga, Ciputat, yang diyakini jaringan pelaku bom bunuh diri di Sarinah, Jakarta Pusat.