• April 20, 2024 10:15 pm

PENGAMAT Terorisme Indonesia dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh, Al Chaidar menilai, dengan keterpurukan yang dialami Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pascapimpinan terakhir mereka tewas yakni Ali Kalora alias Ali Ahmad, membuat simpatisan kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) geram. 

Terbukti simpatisan tersebut kemudian bersatu hingga berjumlah puluhan orang dan terpantau oleh Densus 88 Antiteror Polri hingga akhirnya ditangkap. 

Menurut Al Chaidar, simpatisan tersebut memang sengaja bersatu untuk membangkitkan kembali MIT dan melanjutkan perjuangan pimpinan tertinggi mereka yakni Santoso alias Abu Wardah untuk mendirikan negara Islam dari Poso. 

“Simpatisan atau pendukung MIT itu masih banyak. Dan penangkapan 22 orang tersebut menandakan bahwa MIT masih eksis meski tersisa dua orang anggotanya yang diburu di hutan pegunungan Poso,” terangnya kepada Media Indonesia, Senin (16/5). 

Al Chaidar menyebutkan, dalam studi terorisme di Poso, MIT dikategorikan sebagai terorisme tumkin yang memiliki kemampuan tempur dan bergerilia. MIT bisa merekrut orang dengan mudah untuk menjadi simpatisan atau pengikutnya. 

“22 orang itu kemungkinan besar adalah orang-orang yang direkrut di satu daerah seperti Poso,” ujarnya. 

MIT, lanjut Al Chaidar, diketahui punya kebiasaan merekrut orang-orang menjadi simpatisan atau pengikutnya yang berasal dari satu suku yang sama dan wilayah-wilayah transmigrasi yang ada di Poso. 

MIT tidak melakukan perekrutan secara besar-besaran karena takut terlalu gemuk dan membutuhkan banyak biaya.

“Dan mereka yang direkrut adalah orang-orang yang memang mudah didoktrin,” ungkapnya. 

Baca juga : TPM Siap Dampingi 22 Warga Sulteng yang Ditangkap Densus 88

Oleh karena itu, hemat Al Chaidar, Polri harus betul-betul bisa melakukan penyelidikan dan penyidikan yang mandalam untuk menghentikan MIT dari akarnya. 

Tidak hanya itu, Polri juga harus bisa legowo menghentikan operasi perburuan di hutan pegunungan karena tidak memiliki kemampuan tempur dan bergerilia. 

Al Chaidar meminta, Presiden RI Joko Widodo memberikan sepenuhnya tugas perburuan DPO MIT di Poso kepada TNI karena mereka memiliki kemampuan tempur dan bisa bergerilia di hutan pegunungan. 

“MIT adalah teroris yang memiliki kemampuan tempur dan bergerilia. Terorisme tumkin seperti itu hanya bisa diatasi oleh TNI, bukan Polri,” paparnya. 

Al Chaidar menambahkan, operasi perburuan MIT di Poso akan terus berlangsung dan tidak selesai jika Polri masih sebagai penanggung jawab operasi. 

“MIT memiliki aksi kejahatan sporadis yang perlu ditangani dengan serius,” tandasnya. 

Sebelumnya, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap 22 orang yang diduga pendukung kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso dan Tojo Unauna, Sulawesi Tengah. Saat ini puluhan orang itu masih diperiksa. 

Penangkapan itu dilakukan Densus pada Sabtu 14 Mei 2022 di beberapa wilayah Poso hingga beberapa wilayah Tojo Unauna. (OL-7)


Sumber: Media Indonesia | PAKAR : MIT Masih Aktif Rekrut Orang Untuk Berjuang Bangun Negara Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *