Tiongkok dan Iran sepakat untuk meningkatkan kerja sama militer di berbagai bidang. Menurut laporan kantor berita semi-resmi Fars, yang mengutip kepala staf angkatan bersenjata Iran Mohammad Bagheri, Beijing dan Teheran akan bekerja sama dalam pelatihan militer dan pertukaran pengetahuan.
Dikatakan PLA Daily pada Kamis (28/4), Menteri Pertahanan Tiongkok Wei Fenghe mengatakan kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam sebuah pertemuan pada Rabu (27/4) bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) bersedia memanfaatkan mekanisme kerja sama dengan baik, mendorong kerja sama pragmatis dan membawa hubungan militer ke tingkat yang lebih tinggi.
Washington telah mengkritik Tiongkok karena gagal mengutuk perang Rusia di Ukraina dan karena memperkuat upaya disinformasi Moskow.
Perjalanan Wei juga dilakukan di tengah upaya untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015 yang mencabut sanksi terhadap ekonomi Iran dan ekspor minyak sebagai imbalan atas pembatasan program atomnya.
Iran dan AS menemui jalan buntu terkait penunjukan Washington atas Korps Pengawal Revolusi Islam sebagai organisasi teroris asing.
Negosiasi dihentikan bulan lalu setelah Rusia memasukkan persyaratan baru terkait sanksi Barat yang dikenakan pada Moskow atas perangnya terhadap Ukraina. Kremlin kemudian mundur, meninggalkan perselisihan antara Teheran dan Washington sebagai penghalang utama untuk mencapai kesepakatan.
“Kesepakatan untuk meningkatkan hubungan militer adalah simbol seberapa dekat Iran dan Tiongkok di banyak bidang yang berbeda”, kata Raffaello Pantucci, seorang rekan senior di S. Rajaratnam School of International Studies di Nanyang Technological University di Singapura. “Itu adalah sesuatu yang mereka lakukan dalam menghadapi sanksi AS,” lanjutnya.
Wei tiba di Teheran pada Rabu setelah kunjungan sebelumnya ke Kazakhstan dan Turkmenistan, menurut kantor berita resmi Xinhua. (Straits Times/OL-12)