MENTERI Pertahanan Israel Benny Gantz pada Selasa (23/11) menuju Maroko dalam kunjungan yang akan memformalkan kerja sama antara kedua negara. Perjalanan dua hari itu dilakukan kurang dari setahun setelah Maroko menormalkan hubungan dengan Israel dalam kesepakatan yang ditengahi oleh pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump.
Sebagai imbalannya, Washington mengakui kedaulatan kerajaan Afrika Utara itu atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan. Gantz, menteri pertahanan Israel pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Maroko, akan menandatangani nota kesepahaman yang akan menguraikan kerja sama pertahanan antara kedua negara.
“Perjalanan itu bertujuan untuk menetapkan dasar bagi semua kerja sama keamanan di masa depan antara Israel dan Maroko,” tutur seorang sumber yang mengetahui kunjungan itu mengatakan kepada AFP. “Sampai sekarang ada beberapa tingkat kerja sama. Ini benar-benar meresmikannya,” kata sumber itu.
Maroko menguasai sebagian besar Sahara Barat dan menganggap bekas jajahan Spanyol itu sebagai wilayah kedaulatannya. Ketegangan berkobar antara Maroko dan Aljazair yang mendukung gerakan kemerdekaan Front Polisario Sahara Barat.
Aljazair memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada Agustus dengan alasan tindakan bermusuhan. Tuduhan ini dibantah oleh Rabat.
Baca juga: Meski Ditekan AS, Israel Ogah Balik lagi ke UNESCO
Awal bulan ini, Aljazair menuduh Maroko membunuh tiga warga sipil Aljazair di jalan raya gurun, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi. Kepala Polisario Brahim Ghali mengatakan pekan lalu bahwa gerakan tersebut telah memutuskan untuk meningkatkan operasi militer.
Bukan kebetulan
Bruce Maddy-Weitzman, pakar Israel di Maroko, mengatakan waktu kunjungan Gantz dan penandatanganan MOU bukanlah suatu kebetulan. “Mungkin saja dalam konteks ketegangan Maroko-Aljazair, orang-orang Maroko menjadi tertarik pada hal ini,” katanya.
“Tampaknya bagi saya bahwa Maroko ingin menunjukkan kepada semua orang–publik mereka sendiri, saingan Aljazair yakni Barat–bahwa mereka memperdalam hubungan mereka dengan Israel,” kata profesor Universitas Tel Aviv itu.
Maroko dan Israel sebelumnya menjalin hubungan pada 1993. Akan tetapi Rabat memutuskannya pada awal intifada Palestina kedua pada 2000.
Rabat menormalkan hubungan dengan negara Yahudi Desember lalu, tak lama setelah pengumuman serupa oleh UEA dan Bahrain. Bulan lalu, Ratio Petroleum Israel mengumumkan kesepakatan dengan Rabat tentang operasi eksplorasi di lepas pantai Dakhla di Sahara Barat.
Baca juga: Badan Keamanan Israel Mulai Tangkapi Puluhan Anggota Hamas
Kementerian pertahanan Israel mengawasi semua ekspor peralatan keamanan. Negara Yahudi itu menawarkan produk-produk canggih mulai dari drone penyerang hingga sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Kalibrasi ulang
Satu produk Israel, spyware Pegasus NSO, telah masuk ke Maroko, menurut Amnesty International dan organisasi Forbidden Stories yang berbasis di Paris. Rabat diduga menggunakannya untuk melawan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Klaim ini dibantah oleh Maroko yang mengatakan tidak pernah membeli perangkat lunak tersebut dan telah mengajukan tuntutan hukum terhadap media Prancis dan Amnesty International.
Seorang juru bicara Gantz tidak mau mengomentari NSO. Konflik Israel-Palestina terus memobilisasi masyarakat sipil, Islamis, dan sayap kiri di Maroko dengan seruan untuk melakukan demonstrasi pada 29 November menentang normalisasi bertahap dengan Israel dan mendukung Palestina.
Menurut Maddy-Weitzman, sementara Rabat belum meninggalkan perjuangan Palestina, “Terlalu banyak kepentingan lain yang dimainkan, terlalu banyak manfaat lain yang bisa diperoleh dengan kalibrasi ulang. Sebagian besar negara di kawasan itu tidak ingin disandera lagi dalam masalah ini. Mereka ingin mengejar kepentingan mereka seperti yang mereka definisikan. Pada waktu ini jelas Israel memiliki banyak hal untuk ditawarkan,” katanya.
Sebelum berangkat ke Maroko, Gantz berpidato di konferensi keamanan di Universitas Reichman Israel. Dia mengeluarkan peringatan baru tentang musuh bebuyutan Iran.
Tidak jelas republik Islam itu akan dibahas dalam perjalanan Gantz ke Maroko. Namun pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bulan lalu bersumpah bahwa negara-negara yang menormalkan hubungan dengan Israel harus berhenti melakukan kesalahan besar ini.
Baca juga: Inggris Cap Teroris, Hamas Berterima Kasih Didukung Iran
Gantz menuduh Iran bercita-cita untuk menjadi hegemon regional dan kemudian hegemon global. Ia mendesak tindakan internasional untuk mengekang Teheran, menjelang negosiasi minggu depan yang bertujuan menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi ditentang Israel. (AFP/OL-14)