MENTERI Koordinator Politik, Hukum dan HAM, Mahfud MD menghadiri halaqah kebangsaan di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Nurul Hidayah, di Jalan Lingkar Selatan, Kelurahan Limusnunggal, Kecamatan Cibeureum Kota Sukabumi, Rabu (27/12). Kegiatan itu juga dihadiri sejumlah pimpinan pondok pesantren se-Sukabumi Raya dan Cianjur.
“Hari ini saya menghadiri kebangsaan. Halaqah tentang bangsa kita. Satu hal penting yang saya katakan, keislamanan dan keindonesiaan itu menyatu. Artinya, Islam di Indonesia itu harus ikut nasionalisme Indonesia dengan Bineka Tunggal Ika-nya dan Indonesia juga bahwa Islam ini adalah bagian dari sejarah perjuangan bangsa,” kata Mahfud kepada wartawan seusai kegiatan.
Mahfud menegaskan tidak boleh ada inklusivisme atau merasa ingin
diistimewakan. Pun tidak boleh ada radikalisme karena nasionalisme Islam itu sama atau menjadi satu dengan nasionalisme Indonesia.
“Kaum muslimin di Indonesia harus mencintai dan merawat Indonesia
bersama seluruh warga negara yang lain, yang beragama lain dalam konteks kebinekaan dan kebersamaan,” ujarnya.
Mahfud mengaku melihat ada gejala-gejala radikalisme. Indikasinya
menyebutkan bahwa Islam tidak cocok dengan Indonesia.
“Itu tidak bisa begitu karena Indonesia ini didirikan para ulama-ulama Islam bersama tokoh-tokoh bangsa yang lain. Indonesia harus dijaga keutuhannya. Kaum muslimin harus menyatakan Indonesia Biladi Anta Unwanul Fakhoma. Indonesia adalah Tanah Airku. Engkau adalah panji matrabatku ,” tegas Mahfud.
Tidak sedang kampanye
Pada kesempatan itu Mahfud didoakan para kiai, ulama, dan ustaz yang hadir pada acara itu bisa menjadi Wakil Presiden. Namun Mahfud menegaskan pada acara itu ia sedang tidak berkampanye.
“Dukungan? ya, Alhamdulillah tadi. Ini bukan forum kampanye dan saya tidak berbicara apapun tentang Pemilu 2024. Satu kalimat pun engga ada. Tapi mereka lalu, para kiai dan beberapa yang lain mendoakan seperti itu, ya itu bukan kampanye namanya karena tidak mengarahkan orang,” pungkasnya. (SG)
MENTERI Koordinator Politik, Hukum dan HAM, Mahfud MD menghadiri halaqah kebangsaan di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Nurul Hidayah, di Jalan Lingkar Selatan, Kelurahan Limusnunggal, Kecamatan Cibeureum Kota Sukabumi, Rabu (27/12). Kegiatan itu juga dihadiri sejumlah pimpinan pondok pesantren se-Sukabumi Raya dan Cianjur.
“Hari ini saya menghadiri kebangsaan. Halaqah tentang bangsa kita. Satu hal penting yang saya katakan, keislamanan dan keindonesiaan itu menyatu. Artinya, Islam di Indonesia itu harus ikut nasionalisme Indonesia dengan Bineka Tunggal Ika-nya dan Indonesia juga bahwa Islam ini adalah bagian dari sejarah perjuangan bangsa,” kata Mahfud kepada wartawan seusai kegiatan.
Mahfud menegaskan tidak boleh ada inklusivisme atau merasa ingin
diistimewakan. Pun tidak boleh ada radikalisme karena nasionalisme Islam itu sama atau menjadi satu dengan nasionalisme Indonesia.
“Kaum muslimin di Indonesia harus mencintai dan merawat Indonesia
bersama seluruh warga negara yang lain, yang beragama lain dalam konteks kebinekaan dan kebersamaan,” ujarnya.
Mahfud mengaku melihat ada gejala-gejala radikalisme. Indikasinya
menyebutkan bahwa Islam tidak cocok dengan Indonesia.
“Itu tidak bisa begitu karena Indonesia ini didirikan para ulama-ulama Islam bersama tokoh-tokoh bangsa yang lain. Indonesia harus dijaga keutuhannya. Kaum muslimin harus menyatakan Indonesia Biladi Anta Unwanul Fakhoma. Indonesia adalah Tanah Airku. Engkau adalah panji matrabatku ,” tegas Mahfud.
Tidak sedang kampanye
Pada kesempatan itu Mahfud didoakan para kiai, ulama, dan ustaz yang hadir pada acara itu bisa menjadi Wakil Presiden. Namun Mahfud menegaskan pada acara itu ia sedang tidak berkampanye.
“Dukungan? ya, Alhamdulillah tadi. Ini bukan forum kampanye dan saya tidak berbicara apapun tentang Pemilu 2024. Satu kalimat pun engga ada. Tapi mereka lalu, para kiai dan beberapa yang lain mendoakan seperti itu, ya itu bukan kampanye namanya karena tidak mengarahkan orang,” pungkasnya. (SG)