• April 27, 2024 5:52 am

7th Webinar: Teroris atau Kelompok Kekerasan Bersenjata?

Pada Hari Kamis, 16 Juli 2020 Pukul 13.00-15.00 WIB, Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi | PAKAR dan Ruangobrol.id menyelenggarakan Diskusi Online PAKAR Seri #7 dengan topik ‘Teroris atau Kelompok Kekerasan Bersenjata? (Kekerasan Berbasis Agama, Etnis dan Politik di Indonesia)’.

Pertanyaan utama yang dijawab dalam diskusi kali ini adalah:

  1. Mengapa kelompok kekerasan berbasis agama (misalnya kelompok militan Islamis) dilabeli sebagai kelompok teroris sedangkan kelompok kekerasan berbasis etnis dan politik (misalnya Organisasi Papua Merdeka) hanya dilabeli sebagai kelompok kekerasan/kriminal bersentaja?
  2. Haruskah pemerintah melabeli OPM kelompok teroris?

Acara ini dipandu oleh Rizka Pramadita, PhD (Candidate) dari University of Agder, Norway.

Tiga narasumber yang berkompeten di bidangnya mengisi diskusi kali ini. Mereka adalah:

  1. Sofyan Tsauri (Mantan Napi Teroris dan Anggota Al Qaeda Asia Tenggara).
  2. Victor C Mambor (Jurnalis Senior dan Pengurus Aliansi Jurnalis Independen/AJI).
  3. Robi Sugara (Pengamat Politik dan Keamanan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Ust. Sofyan Tsauri merupakan mantan anggota Al Qaeda Asia Tenggara dan Mantan Napi Teroris. Beliau pernah dipenjara karena terlibat menjual senjata kepada kelompok teroris Tandzim Al Qaeda Serambi Mekkah pimpinan Ust Abu Bakar Baasyir tahun 2010. Saat ini beliau aktif membantu program deradikalisasi yang dijalankan oleh Polri dan BNPT.

Pada webinar kali ini, Ust. Sofyan menyampaikan pertanyaan publik (khususnya kalangan militan Islamis) terkait posisi kelompok militan Islamis vs kelompok separatis, dalam hal ini OPM. Mengapa kelompok militan Islamis dilabeli teroris sedangkan OPM hanya dilabeli kelompok kekerasan/kriminal bersenjata (KKB) dan separatis? Bukankah aksi kekerasan OPM juga tidak kalah sadisnya dengan aksi kekerasan kelompok militan Islamis? Adilkah ini?

Ust. Sofyan menyimpulkan bahwa pelabelan OPM sebagai kelompok separatis sudah benar karena tujuan OPM memang untuk memerdekakan diri dari Indonesia. Di samping itu, OPM tidak pernah melakukan aksi teror di luar Papua seperti yang dilakukan oleh kelompok terror yang termotivasi oleh ideologi agama.

Victor C Mambor adalah seorang jurnalis asal Papua. Tokoh papua yang akrab disapa Victor ini sudah menjadi wartawan sejak tahun 1996. Waktu itu Pak Victor sudah menggeluti dunia jurnalistik dan menjadi penulis di Koran Online dan Cetak Pikiran Rakyat, Bandung.

Saat ini Pak Victor jurnalis koran online dan cetak Tabloid JUBI. Beliau juga bekerja untuk beberapa media terkemuka di Indonesia, Pasifik dan dunia seperti The Jakarta Post, Radio Selandia Baru, Benar News, The Guardian, AlJazeera dan ABC TV. Artikel-artikel yang ditulisnya menjadi referensi bagi mereka yang tertarik dengan masalah Papua, mulai dari aktivis, LSM hingga negara-negara yang selama ini memperhatikan perkembangan Papua.

Selain itu, Pak Victor juga merupakan anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) wilayah Jayapura.

Pada diskusi kali ini, Pak Victor sependapat dengan Ust. Sofyan Tsauri. Pak Victor menambahkan bahwa persoalan di Papua dapat selesai jika pemerintah meluruskan sejarah masuknya Papua ke Indonesia dan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak kekerasan baik yang berasal dari pihak OPM maupun pihak pemerintah.

Robi Sugara merupakan seorang dosen jurusan hubungan internasional di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alumni RSIS, Nanyang Technological University (Singapore) ini juga merup seorang peneliti dan pengamat politik dan keamanan berpengalaman.

Guna melengkapi paparan Ust. Sofyan dan Victor C Mambor, Robi Sugara  menyampaikan pembahasan dari sisi akademis terkait siapa itu teroris dan siapa itu separatis/kelompok kekerasan bersenjata.

Diskusi lengkap webinar ini dapat ditonton di channel Youtube PAKAR.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *