• April 28, 2024 7:20 pm

Berbagi Praktik Baik Toleransi, Tanoto Foundation Luncurkan Buku Karya Para Guru

TANOTO Foundation bekerja sama dengan Kemendikbud-Ristek, Kementerian Agama dan Media Indonesia resmi meluncurkan buku karya para guru yang berisikan praktik baik toleransi di sekolah. Buku berjudul ‘Intoleransi, Merdeka Belajar, dan Pembelajaran Berbasis Digital’ merupakan hasil dari pelatihan jurnalistik Media Indonesia dengan guru-guru.

Direktur Utama Media Indonesia Gaudensius Suhardi mengatakan bahwa intoleransi ibarat nila setitik yang daya rusaknya mampu merusak susu sebelanga. Intoleransi itu bisa berawal dari sekolah seperti yang dituliskan Arnold Sebastian, Guru SMPN 9 Bontang Kaltim dalam buku tersebut.

“Jika nila setitik di sekolah itu diproduksi terus-menerus kemudian diaplikasikan dia akan menjadi besar dan seakan-akan menjadi realitas hidupnya kita. Dia menjadi besar karena diaplikasikan, ia menjadi seksi karena terus dibicarakan,” ucapnya dalam acara peluncuran buku secara virtual, Selasa (1/11).

Menurut Gaudensius, nila intoleransi itu ada dan terus ada di sekolah. Akan tetapi nilai itu lama-kelamaan hilang tatkala susunya terus ditambahkan dalam belanga.

Lantas, kebalikan toleransi di sekolah yang mesti diproduksi dan diaplikasi sehingga menguasai ruang publik. Perlu kiranya diikhtiarkan agar ruang publik itu dikuasai oleh informasi kebaikan toleransi. Toleransi di sekolah hendaknya diaplikasi tanpa batas di ruang publik.

Gaudensius mencontohkan toleransi di salah satu sekolah di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sekolah tersebut memiliki ketua OSIS yang beragama Islam, sementara mayoritas siswanya beragama Katolik.

“Toleransi itu indah justru lahir di sekolah-sekolah pelosok di negeri ini. Ini contoh baik yang harus dikabarkan ke segenap penjuru negeri bahwa di sekolah di pelosok negeri ini pun lahir keindahan toleransi,” imbuhnya.

“Baik kiranya contoh-contoh yang baik tentang toleransi di sekolah dikumpulkan, dibukukan agar ia menetap menjadi realitas sejatinya dunia pendidikan kita,” tambah Gaudensius.

Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kemenag Muhammad Zain mengatakan bahwa madrasah adalah tempat bersemayamnya praktik baik toleransi, harmonis serta pikiran-pikiran terbuka dan moderat. Setiap guru sejatinya menyuarakan spirit kemajemukan bahwa Indonesia yang majemuk adalah sunnatullah, takdir Tuhan. “Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Kita bisa hidup berdampingan dan merajut kebersamaan dalam keragaman,” kata dia.

Patut dicatat, lanjut Zain, bahwa perilaku dan sikap intoleransi, radikalisme, apalagi ektremisme bukanlah agama dan bukan Indonesia. Keragaman adalah realitas ke-indonesiaan, sehingga masyarakat Indonesia perlu bersyukur akan hal tersebut.

“Budaya toleransi tumbuh dan berkembang dan menjadi habitus di madrasah dan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Kemenag dan Kemendikbud-Ristek juga bahu membahu bahwa budaya toleransi adalah kita Indonesia,” terangnya.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Dasar, Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi menghadirkan buku tersebut. Kemendikbud-Ristek, Kemenag, Media Indonesia dan Tanoto Foundation ternyata memiliki misi yang sama untuk menyebarluaskan praktik-praktik baik toleransi.

“Pada kesempatan ini kita boleh bersama merayakan kerja sama luar biasa. Ternyata kita memiliki misi yang sama untuk bersama sama menyebarluaskan praktik-praktik toleransi yang sangat penting bagi keberlangsungan NKRI ini,” kata dia.

Margaretha juga mengapresiasi para guru-guru yang sudah menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan toleransi di sekolah. Menurutnya, sekolah dirancang bagi anak-anak untuk mengembangkan aspek intelektual dan sosial. Sekolah juga membimbing siswa baik bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

“Tanoto Foundation percaya sekolah harus menjadi lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi semua orang tanpa ada yang tertinggal. Maka toleransi adalah salah satu cara untuk mewujudkannya,” ucapnya.

“Bahwa ketika nilai-nilai positif seperti toleransi tumbuh di sekolah, proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas akan mampu berkontribusi pada peningkatan kapasitas siswa,” tandasnya. (H-2)


Sumber: Media Indonesia | Berbagi Praktik Baik Toleransi, Tanoto Foundation Luncurkan Buku Karya Para Guru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *