• May 4, 2024 3:13 am

Perempuan yang Berusaha Terobos Istana Sembari Bawa Pistol Dipastikan Pendukung HTI

BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menelusuri rekam jejak perempuan yang membawa pistol dan menerobos Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Perempuan yang bernama Siti Elina itu disebut pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

“Dalam penelusuran sementara, profil pelaku Siti Elina, memang memiliki pemahaman yang radikal serta pendukung salah satu ormas radikal HTI, yang telah dibubarkan pemerintah. Ia juga diketahui sering mengunggah propaganda khilafah melalui akun media sosialnya,” kata Direktur Pencegahan BNPT Ahmad Nurwakhid saat dikonfirmasi, Rabu (26/10).

Nurwakhid mengatakan, saat ini, BNPT tengah berkoordinasi dengan aparat keamanan guna menghimpun data terkait dugaan keterkaitan dengan jaringan terorisme.

Baca juga: Perempuan Bawa Pistol di Depan Istana, Ini Penjelasan BNPT

“Kami, BNPT, sesuai tugas pokok dan fungsinya, sedang melakukan koordinasi intensif dengan aparat penegak hukum untuk memastikan apakah pelaku bagian dari jaringan terorisme atau pelaku tunggal (lone wolf),” ujar jenderal polisi bintang satu itu.

Nurwakhid menyebut pihaknya juga tengah mendalami profil dan motif perempuan bercadar tersebut. Hal itu dilakukan guna mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan pelaku terorisme lainnya.

Nurwakhid menuturkan kejadian teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan peristiwa baru. 

Peristiwa itu, kata dia, mengingatkan pada ancaman bom di istana yang terlebih dahulu digagalkan oleh aparat penegak hukum pada 2016 silam.

“Salah satu calon pengantin yang ingin melakukan aksi di istana terlebih dahulu diamankan Densus 88 yang juga pelakunya adalah perempuan, Dian Yuli Novi dan ada juga Zazkia Aini yang melakukan penyerangan ke Mabes Polri pada 2021,” tuturnya.

Dia menyebut BNPT telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan pengantin oleh kelompok teroris. 

Menurutnya, dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.

“Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang tren baru khususnya yang dilakukan IS baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan,” ungkapnya.

BNPT disebut terus berupaya meminimalisasi keterpaparan perempuan dalam jaringan dan aksi terorisme. Yakni dengan cara melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian.

“Perempuan harus diberikan pencerahan karena sebagai salah satu sasaran potensial dari jaringan terorisme,” kata dia.

Peristiwa penerobosan Istana Negara itu terjadi pada Selasa (25/20) pagi. Seorang perempuan bercadar membawa pistol jenis FN, tas hitam berisi kitab suci, dompet warna pink, dan ponsel. 

Saat ini, perempuan bergamis dan cadar hitam itu masih menjalani pemeriksaan intensif di Subdit Keamanan Negara Direktorat Reserse Kriminal Umum (Subdit Kamneg Ditrekrimum) Polda Metro Jaya. (OL-1)


Sumber: Media Indonesia | Perempuan yang Berusaha Terobos Istana Sembari Bawa Pistol Dipastikan Pendukung HTI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *