• May 2, 2024 7:27 am

Perlu Upaya Bersama untuk Cegah Pekerja Migran Perempuan Jadi Sasaran Radikalisme Online

Perlu Upaya Bersama untuk Cegah Pekerja Migran Perempuan Jadi Sasaran Radikalisme Online

RadicalismStudies.org | Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikasilisasi (PAKAR)

Diskusi tentang radikalisme online dan pembahasan film dokumenter tentang PMI yang berjudul Choice.(DOK IST)

PEKERJA migran perempuan relatif rentan menjadi kalangan sasaran radikalisme terorisme oleh kelompok radikal dengan berbagai motif termasuk memainkan emosi seperti janji pernikahan atau cinta semu.

Pengamat terorisme dan pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail mengatakan bahwa ada tren pergeseran dan fenomena dalam perekrutan untuk bergabung dalam kelompok teror. Jika dulu harus melalui kelompok tertentu secara tatap muka, sekarang bisa melalui online.

Fenomena radikalisme online kini semakin marak dengan adanya media sosial. Hari ini semua orang mencari informasi tidak hanya offline juga online. 

Baca juga : Perlu Kesiapan Digital untuk Cegah Penyebaran Radikalisme

“Pekerja migran misalnya jauh dari keluarga, kesepian dan banyak bermasalah tidak hanya sekedar mencari informasi melalui online, kalau informasinya salah, alogaritma membawa mereka ke ranah-ranah informasi yang salah,” ujar Noor Huda Ismail dalam keterangannya yang diterima Jumat (19/4).

Sementara itu, pengamat intelijen dan Direktur Eksekutif Intelliegence and National Security Studies (INSS), Stepi Anriani menyampaikan pandangan bahwa perempuan tidak serta merta menjadi pelaku tapi bisa juga korban baik sadar atau tidak, ada faktor emosional yg mengesampingkan “Rational Choice”. 

Stepi menegaskan perlunya edukasi bagi perempuan pekerja migran, komitmen dan upaya pencegahan dari pemerintah serta kerja sama seluruh stakeholders untuk deradikalisasi dan membantu para eks-napiter agar bisa diterima masyarakat, dan memberi kesempatan kedua untuk produktif dan melakukan hal-hal positif.

Baca juga : Pegiat Medsos Beri Tip Hindari Radikalisasi Berjubah Agama di Dunia Maya

Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian bahwa perlu upaya kolaborasi dari civil society, pengamat terorisme dan intelijen, akademisi, pers, pemuka agama, budayawan dan seluruh lapisan masyarakat.

“Kita dapat melakukan kontra narasi radikal, memberikan narasi positif, program pencegahan radikalisme dan deradikalisasi. Kita berikan kesempatan kedua bagi mereka yang sudah terlanjur terlibat terorisme dan radikalisme agar bisa hidup kembali normal dan diterima di tengah masyarakat,” kata dia.

Terkait radikalisme online, BP2MI telah menggunakan film Choice untuk mengedukasi para pekerja migran Indonesia agar cerdas bermedia sosial. Film dokumenter yang mengisahkan soal pekerja migran Indonesia itu sudah diputar di Singapura dan Hong Kong. (Z-6)

Artikel ini telah dimuat di mediaindonesia.com dengan Judul “Perlu Upaya Bersama untuk Cegah Pekerja Migran Perempuan Jadi Sasaran Radikalisme Online” pada 2024-04-19 17:33:03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *