• April 28, 2024 1:21 pm

Rycko minta Duta Damai dan Duta Santri gelorakan konten antikekerasan

Rycko minta Duta Damai dan Duta Santri gelorakan konten antikekerasan

RadicalismStudies.org | Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikasilisasi (PAKAR)

Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Rycko Amelza Dahniel meminta para Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri untuk terus menggelorakan konten perdamaian dan antikekerasan untuk menjaga keharmonisan di Indonesia.

Rycko menyampaikan pesan tersebut saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri di Prigen, Jawa Timur, Selasa.

“Terima kasih atas usaha untuk menggelorakan konten-konten anti kekerasan, konten perdamaian untuk membangun Indonesia harmoni dan untuk tetap menjaga keutuhan NKRI. Kegiatan ini memang kecil, tapi dampaknya besar sekali,” kata dia dikutip dari keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa.

Selain itu, Rycko juga mengajak para duta untuk meningkatkan kualitas pemahaman terkait terorisme. Menurutnya, terorisme merupakan ideologi yang dibawa untuk tujuan politik, bukan agama.

Ia menjelaskan bahwa tidak satu pun agama mengajarkan kebencian, kekerasan, kebohongan, serta mengolok-olok pemimpin dan bangsa sendiri. Ia menegaskan tidak ada agama yang membolehkan cara-cara yang diperjuangkan kelompok teroris.

“Kita yang Islam pasti marah. Kenapa? Karena kesucian dan atribut Islam digunakan sebagai alat kepentingan politik untuk mendapat kekuasaan,” katanya.

Kepala BNPT menambahkan, sel-sel teroris global, seperti Alqaeda menjunjung paham salafi jihadis, sedangkan ISIS menjunjung paham takfiri. Caranya adalah dengan kekerasan, seperti membunuh memperkosa perempuan, dan menghancurkan.

Dikatakan Rycko, teroris menggunakan atribut agama untuk mengajarkan kebencian, kebohongan saat merekrut anak muda, dan menebarkan sel-sel terorisme dalam membangun kekuatan.

“Hati-hati dengan ideologi ini. Mereka berasal dari bibit intoleran, tidak bisa menerima perbedaan, meningkat naik kelas mulai memaksakan kebenaran, merasa paling benar sendiri, orang lain salah,” kata Rycko.

Dia menyerukan bahwa hal tersebut harus diwaspadai dan diketahui oleh generasi muda, terutama para Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri.

“Anda adalah pemuda-pemudi terpilih. Kalian lebih mengerti dari saya. Kalian generasi z dan milenial, lebih tahu cara berkomunikasi pakai gawai, media sosial. Kita hanya titip terus gelorakan konten kebangsaan dan kedamaian baik secara daring maupun luring,” harap Rycko.

Lebih lanjut, Rycko menjelaskan bahwa kemajuan teknologi informasi mendorong maraknya radikalisasi secara daring yang membuka jalan untuk aksi “lone-wolf”. Pola itu kerap menyasar remaja, anak-anak, dan perempuan.

“Berdasarkan hasil penelitian I-Khub Outlook BNPT 2023, menunjukkan bahwa tiga kelompok rentan yaitu remaja, anak dan perempuan, menjadi sasaran utama pola ini. Ini kita harus waspadai bersama,” kata dia.

Rycko menyebut setidaknya ada dua hal yang perlu digencarkan. Pertama, memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai sejarah Indonesia dari zaman sebelum merdeka hingga sekarang untuk meningkatkan rasa nasionalisme.

Kedua, mengajarkan wawasan kebangsaan bahwa perbedaan di Indonesia harus tetap kukuh dalam wadah persatuan. Dengan wawasan kebangsaan yang kuat, Rycko yakin ideologi menyimpang tidak akan masuk.

“Abai atau lengah masalah ini, sama saja kita mewariskan bom waktu kehancuran bangsa Indonesia. Masih ada anak cucu kita yang harus kita selamatkan,” ucap Kepala BNPT.

Baca juga: BNPT ingatkan kelompok kerja sampaikan progres RAN PE 2023

Baca juga: RI-Jepang perkuat kerja sama cegah penggunaan teknologi pada terorisme

Baca juga: Kepala BNPT paparkan “building blocks” wawasan nusantara ke mahasiswa

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Artikel ini telah dimuat di www.antaranews.com dengan Judul “Rycko minta Duta Damai dan Duta Santri gelorakan konten antikekerasan” pada 2023-10-10 19:50:34

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *