• May 6, 2024 4:16 am

Umar Patek : Janji Insaf Mantan Teroris

RadicalismStudies.org | Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikasilisasi (PAKAR)

MASIH ingatkah Anda dengan aksi teror bom di Bali pada 12 Oktober 2002? Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Bom Bali I itu merenggut nyawa 202 orang dan melukai lebih dari 200 korban. Peristiwa itu juga sempat memukul industri pariwisata pulau dewata.

Salah satu aktor di balik peledakan Bom Bali I ramai diperbincangkan lagi. Dialah Hisyam alias Umar Patek yang sudah bebas bersyarat pada 7 Desember 2022.

Pembebasan Patek menuai sorotan di Indonesia dan beberapa negara lantaran pelaku yang dicap sebagai teroris berbahaya tersebut dikhawatirkan mengulang kembali tindakannya. Australia, yang warga negaranya menjadi jumlah korban terbanyak juga melancarkan protes.

Di dalam negeri, WNI yang menjadi penyintas juga mengungkapkan duka dan marah atas pembebasan itu. Patek memang divonis 20 tahun penjara atau lebih ringan dari tunttutan jaksa berupa penjara seumur hidup.

Dari situ, semestinya pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 56 tahun lalu itu baru bebas 2031. Namun, ia mendapat sejumlah remisi dari Ditjen Kemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.

Kick Andy Double Check malam ini di Metro TV menghadirkan Patek untuk membahas berbagai kontroversi itu termasuk menggali perasaan pria berdarah Jawa–Arab itu. Membuka obrolan, Andy F Noya menembak langsung Patek dengan pertanyaan pedas.

“Bom Bali I menimbulkan korban paling banyak akibat perbuatan Anda dan teman-teman. Dalam pemahaman Anda, dari peristiwa itu, siapa orang yang paling berdosa di antara para pelaku itu?” tanya Andy.

Mendapat pertanyaan itu, Patek tampak tidak terganggu kepercayaan dirinya. Dengan sorot mata tajam dan serius, ia menjawab lancar dan tegas.

Andy pun lantas bertanya bagaimana Patek menilai dosanya sendiri. “Kalau urutan ke berapa saya enggak bisa mempertimbangkan urut-urutannya begitu, tapi yang jelas di hadapan Allah saya merasa berdosa, bersalah. Kemudian, di hadapan hukum negara saya bersalah,” tutur Patek.

Ia juga menyatakan kala itu diminta untuk membantu salah satu pelaku Bom Bali I untuk meracik bom yang tersisa sekitar 50 kg. Ia mengaku, pada awalnya, tidak mengetahui tempat sasaran peledakan bom dan belakangan sempat berusaha mencegah rencana peledakan itu.

Patek mengatakan tingkat senioritas di organisasi tersebut sangat memengaruhi keputusan yang akan diambil sehingga upayanya tidak berarti apa-apa. “Kalau dalam prinsip mereka ada sami’na wa ato’na, kami mendengarkan, kami taat. Nah, di situ selalu mengingatkan sudahlah taat saja enggak usah banyak ngomong,” ungkapnya. Andy lalu mencecar soal keterlibatan Patek di Bom Natal 2000 dan Bom Bali II 2005.

Andy selanjutnya juga membahas mengenai kekecewaan banyak orang akan pembebasannya. “Orang tetap khawatir, itu hanya strategi Anda pura-pura insaf, tapi satu hari nanti ketika pemerintah lengah, Anda akan melakukan teror kembali. Bagaimana Anda menjelaskan ketakutan masyarakat dengan bebasnya Anda?” tanya Andy dengan serius.

Kepada Andy, Patek pun mengaku terus digayuti rasa bersalah hingga kini dan menyadari pertanggungjawaban berat di akhirat kelak.

Jalan insaf

Menjawab pertanyaan tersebut, Hisyam menjelaskan bagaimana ia akhirnya memilih insaf. Menurutnya, keluarga merupakan salah satu yang membantunya untuk membuatnya semakin tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya. “Pemikiran dan jalan hidup saya yang seperti ini, mereka (keluarga) menentang, tapi mereka tetap merangkul saya, dan kemudian menjadikan (saya) tetap bagian keluarga,” ujarnya.

Selain keluarga, Detasemen Khusus (Densus) 88, dikatakan Patek, merupakan salah satu pihak yang membantunya memahami nasionalisme. “Sebesar apa pun kesalahan antum (kamu) kepada negara, antum ialah anak bangsa, antum ialah putra bangsa yang kami wajib untuk menyelamatkan antum,” tutur Patek mengenang kalimat yang diucapkan salah seorang anggota Densus yang ikut dalam tim yang menjemputnya di Pakistan.

“Mengapa begitu berarti kalimat itu bagi Anda?” Andy menanggapi. Tidak hanya soal perkataan, Patek mengungkapkan jika perlakuan baik Densus terhadapnya ikut menyentuh hati. Ia berikrar akan kembali ke pangakuan Republik Indonesia. Hal itu dibuktikannya dengan menjadi napi teroris pertama yang berikrar secara tertulis untuk setia ke NKRI pada 17 April 2015.

Andy juga menyinggung soal Patek yang bertugas menjadi pengibar bendera Merah Putih pada 20 Mei 2015. “Banyak orang tidak percaya Anda sebagai teroris yang punya ideologi yang sangat berbeda dengan ideologi Pancasila itu mau mengerek bendera Merah Putih. Yang muncul ke permukaan bahwa itu ialah sebuah rekayasa, pasti Anda mendapat tekanan sehingga Anda terpaksa mengerek bendera Merah Putih, tapi apa persisnya yang terjadi?” ujar Andy.

Patek menjawab pertanyaan itu dengan sumpah. Bagaimana selengkapnya jawaban Patek dan penuturannya soal kritik-kritik publik lainnya? Saksikan jawabannya malam ini pukul 21.05 WIB. (M-1)

Artikel ini telah dimuat di mediaindonesia.com dengan Judul “Umar Patek : Janji Insaf Mantan Teroris” pada 2023-03-12 05:10:59

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *